Kamis, 11 Mei 2017

Mambaul Hikam, Istiqomah dengan Salafiyah

Sekarang ini, orientasi masyarakat dalam mencari lembaga pendidikan cenderung yang profit. Kalau sudah lulus kelak, akan melanjutkan kemana. Kalaupun memutuskan untuk berhenti belajar, maka ijazahlah yang diburu.

Tapi anggapan itu senagaja dibuang jauh oleh pesantren ini Mambaul Hikam. Mengikuti jejak para pendahulu, pesantren yang letaknya bersebelahan dengan wilayah Kediri ini ingin memberi pesan bahwa ijazah bukanlah segala-galanya. Tanpa pengakuan dari negara sekalipun, para santri bisa bertahan dan mampu berkiprah di masyarakat. Justru ini yang akhirnya membuat para pengelola kian yakin bahwa masyarakat masih membutuhkan para alumni dari pesantren Salaf.

Mambaul Hikam, Istiqomah dengan Salafiyah (Sumber Gambar : Nu Online)
Mambaul Hikam, Istiqomah dengan Salafiyah (Sumber Gambar : Nu Online)


Mambaul Hikam, Istiqomah dengan Salafiyah

Pada saat bersamaan, para santri dan tentunya didukung sejumlah para wali juga tak terlampau ambil pusing dengan selembar kertas pengakuan tersebut. Sehingga, kombinasi inilah yang kian membulatkan tekad Pondok Pesantren Mambaul Hikam (PPMH) untuk istikamah menjaga kesalafan pesantren. Pesantren ini memiliki kharisma dan reputasi layaknya pesantren salaf lain di tanah air seperti Sarang, Lirboro, Sidogiri, Tegalrejo, dan semacamnya.

Persisnya, pesantren ini bila ditempuh dari kota Blitar, diperlukan jarak kurang lebih 24 km. Lokasinya ada di Dusun Wonorejo Desa Slemanan Kecamatan Udanawu. Luas areanya sekitar 4 ha yang merupakan tanah wakaf dan milik keluarga.

Netizen NU

Namun pesantren Salaf ini lebih dikenal dengan sebutan Pondok Mantenan, kendati tidak berada di desa tersebut. Mengapa?

Ini terjadi lantaran masyarakat Mantenanlah yang banyak berperan kala awal pendirian masjid dan pesantren. Sedangkan masyarakat Slemanan yang kala itu tidak mengenal Islam, tidak terlampau memberikan apresiasi. Sehingga atas "prestasi" masyarakat Mantenan ini, maka PPMH lebih lekat dengan sebutan sebagai Pondok Mantenan hingga kini.

Netizen NU

Istiqomah Salaf

Hadratus syaikh KH M Dliyauddin Azzamzami Zubaidi yang kini sebagai pengasuh pesantren menandaskan bahwa pesantrennya istiqomah dengan sistem salaf seperti warisan pendiri. Pokoknya, sistem Salaf ini akan tetap dipertahankan hingga titik darah penghabisan, katanya.

Kiai Dliya, sapaan KH M Dliyauddin Azzamzami Zubaidi, memiliki keyakinan bahwa model Salaf di pesantrennya tetap menjadi harapan masyarakat. Hal ini terbukti dengan terus bertambahnya minat masyarakat sekitar dan dari berbagai daerah untuk ber-tafaqquh fiddin di pesantren ini. Tidak semata masyarakat sekitar yang belajar agama, bahkan tidak sedikit santri yang berasal dari Kalimantan, Sulawesi, Sumatera maupun Jawa. Ini kian meyakinkan kami, bahwa respon masyarakat ternyata terus positif, ujar Kiai Dliya.

Beberapa kiai dan ustadz yang lama mengabdi di pesantren juga mengemukakan hal yang sama. Ustadz Towil Asadi yang telah berada di pesantren sejak tahun 1991 juga merasakan bahwa tidak ada yang berubah dari pondok ini.

Sejak saya di sini sampai berumah tangga dan mengabdi di pondok, tidak ada yang berubah dari sistem pengajarannya, cerita Towil.

Sepertinya, Salaf menjadi pilihan dan tak akan berubah. Hanya saja, proses belajar mengajar dilakukan secara klasikal dengan membedakan santri sesuai kemampuan yang dimiliki. Pihak pesantren sendiri telah membagi tingkatan materi yang akan dibebankan kepada peserta didik dari MI (6 tahun), MTs, MA (3 tahun), Pasca Aliyah Putri (2 tahun) serta Madrasah Intidhar.

Madrasah ini menjadikan pengetahuan calon santri sebagai tolok ukur akan diterima di unit dan kelas mana nantinya. Dengan demikian, bisa jadi lantaran pengetahuan keagamaan calon santri agak tertinggal, maka dia nantinya akan masuk di unit dan kelas yang lebih awal, kata Ustadz Towil.

Siapa yang pengetahuan dan pemahaman dasar agamanya dalam hal ini kitab kuning ternyata sudah lumayan, maka secara otomatis akan masuk di kelas dan unit yang lebih tinggi, lanjutnya. Dengan demikian, seleksi para calon santri adalah berbasis kemampuan mereka saat awal mendaftar.

Untuk bisa memacu kemampuan menyerap materi yang disampaikan, PPMH menggunakan metode bahtsul masail, pengkajian kitab salaf, sorogan kitab kuning, sorogan bin nazdar dan bil ghaib, dan istimaul quran. Bahkan untuk mereka yang mengharapkan ijazah, pihak pesantren juga menyelenggarakan Kejar Paket B yang setara dengan SLTP dan C (SLTA).

Bangunan permanen juga disediakan untuk menampung aktifitas santri, dari mulai lokal madrasah, masjid, asrama, fasilitas harian berupa sanitasi, dapur, aula, hingga gedung olah raga. Semua tersedia di area pesantren yang kini memiliki 2.267 santri (1.395 laki dan 872 putri) ini. Semua tersebar di lembaga pendidikan dari mulai TPA hingga Pasca Aliyah. Ini belum termasuk jamaah yang terhimpun dalam Thariqah an-Naqsabandiyah.

Pesantren ini menerima santri dari mulai anak-anak hingga yang berumur atau udzur, kata Ustadz Ahmad Bahruddin yang dipercaya sebagai kepala pondok.

Karenanya, sebagian kalangan menyebut pesantren ini sebagai pesantren sepanjang hayat, kata Ustadz Salman Dhuhairi. Bagaimana tidak, sejak usia anak-anak hingga menjelang ajal, semua tertampung di PPMH.

Agar mampu memberikan pelayanan terbaik atas kepercayaan masyarakat, setiap harinya PPMH diasuh dan dibimbing oleh pengasuh bersama ibu nyai, dua orang badal dan 89 ustadz atau guru yang 15 orang di antaranya adalah perempuan.

Para pendamping santri ini berasal dari berbagai tingkatan lembaga, yakni alumnus MI sebanyak 19 orang, 35 orang dari MTs, 16 alumnus MA, dua orang sarjana diploma, seorang S1 dan alumni pesantren sebanyak empat orang.

Kepercayaan Kampus

Dengan materi dan sistem yang ada yang juga diimbangi memberikan yang terbaik bagi santrinya, alumni PPMH telah mendapatkan kepercayaan dari STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) Kediri. Kampus ini memberikan kelelulasaan kepada para alumni untuk langsung masuk kuliah kendati tidak memiliki ijazah pendidikan formal. Ini adalah bukti bahwa kendati salaf, metode pembelajaran pesantren kami ternyata dipercaya kampus negeri, kata Kiai Dliya.

Dan dalam perkembangannya, alumnus PPMH ternyata demikian dominan dalam penguasaan materi perkuliahan. Hanya saja ada beberapa mata kuliah yang mereka harus belajar lebih intensif. Namun dari pengakuan sejumlah dosen dan pimpinan kampus, alumnus kami ternyata tidak mengecewakan.

Inilah sebagian kiprah pesantren salaf di tanah air. PPMH seakan membuka mata para penentu kebijakan di tanah air bahwa lembaga pendidikan formal yang telah digelontor perhatian dan dana ternyata bukanlah satu-satunya harapan masyarakat.

Mereka tidak terlalu peduli dengan kemampuan akademis atau teori-teori yang melankolis. Yang dibutuhkan masyarakat adalah penerapan dan bagaimana para alumnus sebuah lembaga pendidikan biusa mengisi kiprah di tengah mereka. Dan PPMH telah membuktikannya. (Syaifullah)

Dari (Pesantren) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/42010/mambaul-hikam-istiqomah-dengan-salafiyah

Netizen NU

Kamis, 04 Mei 2017

Nilai Mulia Ulama Terletak pada Kearifannya

Pamekasan, Netizen NU. Nilai mulia ulama terletak di kearifannya dalam menyikapi ragam persoalan umat. Tanpa kearifan, seseorang yang dilekati label ulama akan kurang memberi banyak manfaat.

Demikian ditegaskan Pengasuh Pesantren Panempan Pamekasan KH Kholilurrahman saat menjadi penceramah dalam lailatul ijtima Ranting NU Tlagah, Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Ahad (12/2) malam.

Nilai Mulia Ulama Terletak pada Kearifannya (Sumber Gambar : Nu Online)
Nilai Mulia Ulama Terletak pada Kearifannya (Sumber Gambar : Nu Online)


Nilai Mulia Ulama Terletak pada Kearifannya

Karenanya, Anggota DPR RI tersebut mengimbau kepada ulama dan kiai NU untuk tidak mudah terprovokasi dan memprovokasi isu-isu kebangsaan yang kurang mencerahkan. Langkah yang baik ialah fokus memberdayaan masyarakat.

Dalam kesempatan itu, mantan Ketua PCNU Pamekasan ini menambahkan, NKRI harga mati untuk NU. Setuap gerakan yang berupaya merongrong NKRI harus dilawan dengan cerdas tanpa terpancing provokasi yang dapat merusak tatanan kehidupan bermasyarakat.

Netizen NU

"Kami berharap agar kegiatan semacam lailatul ijtimadirutinkan untuk menyampaikan ajaran keNUan guma membentengi Aswaja dari benturan orang-orang luar," tegasnya.

Netizen NU

Mantan Bupati Pamekasan ini menguraikan, NU mempunyai dasar-dasar yang mesti melekat dalam kehidupan nahdliyin. Yakni, tasamuh (toleran), tawazun (berimbang), dan tawassuth (menengah).

"NU harus juga mengusahakan pemberdayaan ekonomi umat. Karena ketika ekonomi sudah berdaya, kita akan makin lapang dalam berjuang," tukasnya. (Hairul Anam/Fathoni)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/75388/nilai-mulia-ulama-terletak-pada-kearifannya

Rabu, 03 Mei 2017

Membela Al-Quran dengan Cara Memahaminya

Oleh Annas Rolli Muchlisin

Akhir-akhir ini, dunia maya dan nyata sering diramaikan dengan seruan membela Al-Quran. Sebenarnya bagaimanakah membela Al-Quran ditinjau dari perspektif ilmu? Tulisan ini akan mengemukakan jawabannya yang diolah dari hasil diskusi beberapa tokoh di Panggung Mufassir Nusantara.

Membela Al-Quran dengan Cara Memahaminya (Sumber Gambar : Nu Online)
Membela Al-Quran dengan Cara Memahaminya (Sumber Gambar : Nu Online)


Membela Al-Quran dengan Cara Memahaminya

Saya akan mulai dengan menceritakan bahwa Asosiasi Ilmu Al-Quran dan Tafsir se-Indonesia kali ini menyelenggarakan Seminar Nasional dan Annual Meeting di STAISPA, Yogyakarta. STAISPA sendiri adalah perguruan tinggi Islam yang berada di lingkungan Pesantren Pandanaran. Jadi, acara ini berlangsung dari Jumat 09 Desember hingga Ahad 11 Desember 2016 di area pesantren.

Kegiatan ini dimulai dengan acara Panggung Mufassir Nusantara dengan pembicara KH. Husien Muhammad, seorang kiai feminis, dan KH. Dr. Phil Sahiron Syamsuddin, seorang kiai hermeneutika, serta dimoderatori oleh Dr. H. Ahmad Rafiq, sosok yang dikenal sebagai pioner kajian Living Quran di Indonesia.

Netizen NU

Diskusi ini dibuka dengan kesedihan melihat realita di mana definisi mufassir menjadi sangat samar. Banyak orang yang bersikap layaknya seorang mufassir. Hanya bermodalkan copas dan terjemahan Al-Quran, seseorang dengan gagahnya memutuskan hukum sesuatu.

Memahami Al-Quran hanya dengan melihat terjemahnya saja akan sangat berbahaya. Misalnya ayat dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka (Q.S. al-Baqarah [2]: 191) atau laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan (Q.S. al-Nisa [4]: 34), atau janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin kalian (Q.S. al-Maidah [5]: 51). Terjemahan ayat pertama digunakan oleh kelompok teroris untuk melegalkan aksi brutal mereka. Terjemahan kedua digunakan oleh kelompok konservatif untuk menolak kepemimpinan perempuan. Dan terjemahan ketiga digunakan untuk menolak kepemimpinan non-Muslim. Sebaik-baiknya terjemah Al-Quran adalah jelek karena tidak bisa mengungkap maksud Al-Quran, tegas Kiai Sahiron.

Netizen NU

Kita akan membedah dua terjemahan yang disebut terakhir. Menurut Kiai Husien, Q.S. al-Nisa [4]: 34 adalah kasus partikular yang tidak bisa diuniversalkan. Kesalahan kita saat ini adalah adanya proses universalisasi yang partikular dan partikularisasi yang universal, tegas beliau. Yang universal adalah cita-cita Al-Quran yang menginginkan keegaliteran dan kesetaraan, dan cita-cita Al-Quran inilah yang biasa disebut ulama dengan maqashid al-syariah, beliau menambahkan.

Dalam menjelaskan ayat yang sama, Kiai Sahiron menjelaskan konteks kalimatnya. Kata al-rijal adalah mubtada, dan khabarnya adalah qawwamuna dst. Jadi ayat ini adalah jumlah khabariyyah, kalimat yang menginformasikan kepada Nabi bahwa saat itu yang terjadi adalah dominasi laki-laki atas perempuan, sehingga strategi dakwah harus memperhatikan hal tersebut.Walhasil, ayat tersebut tidak ada kaitannya dengan larangan perempuan menjadi pemimpin.

Selanjutnya, kita akan membahas pemahaman Q.S. al-Maidah [5]: 51. Kiai Husien menyebutkan bahwa ayat Al-Quran itu turun dalam konteks sosial-politik tertentu, jadi untuk memahaminya tidak bisa hanya mengandalkan nash, tetapi juga harus mempertimbangkan ma hawla al-nash (apa-apa yang ada di sekitar teks) meminjam istilah Amin al-Khuli.

Penjelasan Kiai Sahiron atas Q.S. al-Maidah [5]: 51 ini akan saya tulis lebih panjang daripada penjelasan Kiai Husien. Selain karena saya adalah santri sekaligus mahasiswa beliau, juga karena beliau sangat sedih melihat realitas yang ada. Beliau pernah diundang untuk menjelaskan penafsiran kontekstual atas al-Maidah 51 tersebut di forum Indonesia Lawyers Club. Tetapi sayangnya, menurut pemaparan pihak ILC sekelompok Muslim konservatif akan membuat olah di forum tersebut, sehingga acaranya pun ditunda hingga kini.

Secara ringkas, konteks historis ayat tersebut turun adalah sebagai berikut. Ayat ini turun ketika akan terjadi perang Uhud. Ketika itu Ibadah bin Shamit datang dan berkata, Wahai Rasulullah, saya masih memiliki banyak teman dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan saya tidak akan lagi meminta tolong kepada mereka. Lalu Abdullah bin Ubay berkata, Saya memiliki teman dari Yahudi dan Nasrani, dan saya akan tetap menjadikan mereka teman setia dalam menjaga Madinah. Setelah beberapa waktu, akhirnya turunlah wahyu al-Maidah 51 ini yang menyetujui pendapat Ibadah bin Shamit di atas.

Pertanyaannya, kenapa wahyu memilih pendapat Ibadah bin Shamit tersebut?

Karena menjelang perang Badar, pernah terjadi PENGKHIANATAN oleh kelompok Yahudi. Padahal di Madinah, kelompok Muslim, Yahudi, dan Kristen telah membuat kesepakatan untuk sama-sama berjuang membela Madinah dari serangan kaum Musyrik Mekkah. Di sirah diceritakan bahwa awalnya kelompok musyrikin menyiapkan sekitar 500an tentara, tetapi karena kelompok Yahudi memberitahu mereka pasukan kaum Muslim berjumlah sekitar 300an prajurit, akhirnya mereka menambah jumlah pasukan tiga kali lipat lebih banyak daripada jumlah pasukan kaum Muslim.

Jadi ayat tersebut, kata Kiai Sahiron, tidak ada hubungannya dengan agama Yahudi atau Nasrani untuk menjadi teman setia atau pemimpin, tetapi pengkhianatlah yang harus dijauhi. Itulah maqshad Al-Quran, tegas Kiai Sahiron. Apabila yang dilarang ayat tersebut adalah agama lain, kenapa yang dilarang hanya Yahudi dan Nasrani padahal di Madinah saat itu ada Majusi, Shabiin, musyrik Madinah? Karena yang berkhianat adalah Yahudi dan Nasrani, tutur Kiai Sahiron.

Kembali ke penjalasan nahwu, kata dalam nahwu ada dua, yaitu li istighroq al-jinsi dan li ahdi al-dzihni. Kata Kiai Sahiron, dalam di ayat tersebut adalah li ahdi al-dzihniyaitu kelompok Yahudi dan Nasrani Madinah yang berkhianat, bukan Yahudi dan Nasrani secara keseluruhan.

Perlu saya tekankan di sini bahwa Kiai Sahiron dan sekelompok kiai yang berhadir dalam Panggung Mufassir Nusantara tersebut tidak sedang mendukung Ahok! Seperti yang dituduhkan sekelompok orang ketika ada yang menawarkan penafsiran yang berbeda. Tetapi begitulah penafsiran yang memperhatikan berbagai aspeknya.

Dari sini saya memahami bahwa membela Al-Quran adalah dengan mempelajarinya secara serius dan memperjuangkan cita-cita Al-Quran, bukan sekadar turun ke jalan dan teriak-teriak.

Annas Rolli Muchlisin, mahasiswa Prodi Ilmu Al-Quran danTafsir UIN Sunan Kalijaga

Dari (Opini) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/73691/membela-al-quran-dengan-cara-memahaminya-

Netizen NU

Selasa, 25 April 2017

Tiga Perkara yang Bisa Selamatkan Manusia

Tegal, Netizen NU. Menurut penuturan Habib Ali Zaenal ada tiga perkara yang bisa menyelamatkan manusia pertama adalah mencintai nabi, mencintai dzuriyahnya Kanjeng Nabi. Kedua mencintai orang tua, dan yang ketiga adalah mencintai al Quran. Meskipun dia seorang ulama sekalipun kalau tidak mencintai dzuriyahnya Kanjeng Nabi maka dia tidak akan masuk surga.

Penuturan habib Ali Zainal Abidin itu disampaikan saat didaulat menjadi penceramah pada acara wisuda angkatan II dan khotmil Quran pesantren Kepojolan Kambangan kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal baru-baru ini, di halaman pesantren tersebut.

Tiga Perkara yang Bisa Selamatkan Manusia (Sumber Gambar : Nu Online)
Tiga Perkara yang Bisa Selamatkan Manusia (Sumber Gambar : Nu Online)


Tiga Perkara yang Bisa Selamatkan Manusia

Habib Ali Zaenal lanjut mengatakan bahwa umat Islam harus senantiasa menjaga Al Quran, karena Al Quran sendiri merupakan pedoman hidup umat Islam. Kalau umat Islam sendiri tidak mau menjaganya lantas siapa yang akan menjaganya. Untuk itu besar harapan pesantren-pesantren yang berbasis Al Quran ini terus menjamur di masyarakat.

Netizen NU

Sungguh sangat mulia jika ada manusia yang sengaja mengamalkan Al Quran dan mengajarkannya, karena jaminan surganya Allah subhanahu wataala, yakin dan percayalah berkah Allah akan meliputinya, terang Habib yang sekarang menjabat sebagai wakil wali kota Tegal itu.

Habib Ali yang ceramahnya sanngat bersemangat itu menegaskan jaga kerukunan antar sesama, jaga kebersamaan, dan jangan lupa jaga keluarganya, karena al Quran sudah mejelaskan ku anfusakum wa ahlikum naraa, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.

Hiduplah dan berdampinglah dengan para ulama niscaya akan ada kedamaian hidup, dan berbauat baiklah niscaya akan ada balasan yang setimpal, mudah-mudahan kita tergolong manusia yang tidak rugi, harapnya.

Netizen NU

Turut hadir dalam kegiatan itu, pemerintahan desa Kambangan, beberapa pengasuh pesantren dan pembicara serta para wali santri.

Redaktur : Mukafi Niam

Kontributor: Abdul Muiz TGL

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/41953/tiga-perkara-yang-bisa-selamatkan-manusia

Netizen NU

Rabu, 15 Maret 2017

Pelajar NU Yogyakarta Galang Tanda Tangan Anti HIV/Aids

Yogyakarta, Netizen NU. Sedikitnya 45 kader Korp Tapak Lintang Songo menggelar aksi solidaritas sosial di hari Aids sedunia. Mereka yang umumnya aktif di IPNU-IPPNU Yogyakarta ini, membagikan 300 stiker dan menggalang tanda tangan warga di sekitar monument 1 Maret dan nol km Yogyakarta, Senin (1/12) sore.

Aksi damai ini diawali dengan diskusi perihal bahaya Aids, Jumat (28/11). Aksi ini menyuarakan semangat anti nakoba dan pergaulan bebas yang makin memprihatinkan.

Pelajar NU Yogyakarta Galang Tanda Tangan Anti HIV/Aids (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU Yogyakarta Galang Tanda Tangan Anti HIV/Aids (Sumber Gambar : Nu Online)


Pelajar NU Yogyakarta Galang Tanda Tangan Anti HIV/Aids

Salah seorang penggalang aksi Nimatus Sholihah menjelaskan, kegiatan ini bertujuan membangkitkan semangat pemuda untuk mencegah terjadinya penyakit mematikan ini. Dengan membubuhkan satu tanda tangan ke masyarakat dan pengguna jalan, berarti sudah ikut sosialisasi anti seks bebas yang berpotensi menyebabkan HIV/Aids.

Netizen NU

Ketua IPNU Kota Yogyakarta Lutfi Ainun Najib berharap aksi ini membantu generasi muda untuk mengurangi bahkan mencegah terjadinya seks bebas, penyalahgunaan narkoba.

Aksi ini diharapkan dapat membangkitkan semangat korp Tapak Lintang Songo untuk berproses di IPNU-IPPNU kota Yogyakarta, pungkas Lutfi.

Aksi ini ditutup dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya di pekarangan Monumen 1 Maret yang diikuti seluruh pengunjung taman monumen. (Nailul Falah/Alhafiz K)

Netizen NU

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/56129/pelajar-nu-yogyakarta-galang-tanda-tangan-anti-hivaids

Netizen NU

Selasa, 14 Maret 2017

Hadlratussyekh KH Hasyim Asyari, Ulama Penjaga Akidah dan Bangsa

Way Kanan, Netizen NU. Bimbingan Belajar Pasca Ujian Nasional (BPUN) digelar Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Way Kanan di Pesantren Assiddiqiyah 11 mengajak peserta berasal dari sejumlah sekolah di tiga kabupaten/kota di Provinsi Lampung menyaksikan perjuangan Hadlratussyekh KH M. Hasyim Asyari dan para santri dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

"Semakin tinggi pohon semakin kencang angin meniupnya. Semakin dekat dengan Allah, semakin cobaan mendera. Hal itu sebagaimana dialami KH Hasyim Asyari dan para santri dalam mempertahankan akidah Islam dan mempertahankan kemerdekaan bangsa," ujar Mese Arsela setelah menyaksikan film Sang Kiai karya Sutradara Rako Prijanto, di Gunung Labuhan, Kamis (5/5).

Hadlratussyekh KH Hasyim Asyari, Ulama Penjaga Akidah dan Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)
Hadlratussyekh KH Hasyim Asyari, Ulama Penjaga Akidah dan Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)


Hadlratussyekh KH Hasyim Asyari, Ulama Penjaga Akidah dan Bangsa

Peserta BPUN dari SMAN 1 Baradatu tersebut melanjutkan, kendati Jepang memperlakukan Hadratus Syekh dengan kejam, namun pendiri Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur itu tetap gigih menolak melakukan Sekerei (menghormat kepada Matahari).

Selain itu, kata Mese pula, peranan Hadratus Syekh dan para santri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia juga tidak terbantahkan.

Netizen NU

BPUN merupakan program utama Yayasan Mata Air yang berupaya mengantarkan pelajar kurang mampu namun berprestasi untuk memasuki Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui jalur SBMPTN.

Selama dikarantina sebulan di pesantren Kiai Imam Murtadlo Sayuthi dengan biaya Rp200 ribu atau 20 kg beras, peserta tidak hanya mendapatkan pelajaran ilmu akademik lima hari dalam seminggu, namun juga motivasi, outbound dan kecakapan hidup seperti ilmu jurnalistik dibimbing Gatot Arifianto, anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung, Koordinator The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Lampung dan Ketua PC GP Ansor Way Kanan. (Sutikno/Fathoni)

Netizen NU

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/67901/hadlratussyekh-kh-hasyim-asyari-ulama-penjaga-akidah-dan-bangsa

Netizen NU

Lakpesdam Berikan Penghargaan Cabang-Wilayah yang Sukses Kaderisasi

Batam, Netizen NU. Pengurus Pusat Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia atau Lakpesdam NU memberikan penghargaan kepada Pengurus Cabang dan Wilayah Lakpesdam yang telah berhasil menyelenggarakan program kaderisasi. Kaderisasi yang dilakukan Lakpesdam ini meliputi dua hal yakni Program Pendidikan Kader Penggerak Ranting dan Program Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK).

Penghargaan telah diberikan pada malam pembukaan Rakernas Lakpesdam di Batam, Selasa (14/4), antara lain langsung oleh Wakil Ketua Umum PBNU H Asad Said Ali, Ketua Pelaksana Program Kaderisasi PBNU H Masyhuri Malik dan Walikota Batam Ahmad Dahlan.

Lakpesdam Berikan Penghargaan Cabang-Wilayah yang Sukses Kaderisasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Lakpesdam Berikan Penghargaan Cabang-Wilayah yang Sukses Kaderisasi (Sumber Gambar : Nu Online)


Lakpesdam Berikan Penghargaan Cabang-Wilayah yang Sukses Kaderisasi

Ada delapan PC dan PW yang mendapatkan penghargaan yakni PC Lakpesdam Jepara diwakili Maya Dina, Tuban diwakili Tasyudi, Kendal diwakili Khafidzin, Tasik diwakili Hasan, Mataram diwakili Baiq Eli Mahmudah dan PW Lakpesdam Kalimantan Selatan diwakili Sudirno, masing-masing untuk untuk Program Pendidikan Kader Penggerak Ranting.

Netizen NU

Sementara untuk program PPWK PP Lakpesdam memberikan penghargaan kepada PC Lakpesdam NU Kudus dan Bogor.

Sekretaris PP Lakpedam Lilis Nurul Husna mengatakan, Lakpesdam mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan sumber daya manusia NU melalui program kaderisasi. Ada dua program unggulan yakni program Pendidikan Kader Penggerak Ranting dan Program Pengembangan Wawasan Keulamaan. Yang pertama untuk para calon pengurus tanfidziyah terutama di ujung tombang gerakan NU di tingkat paling bawah, sementara yang kedua untuk calon syuriyah atau para calon ulama NU.

Penghargaan yang telah diberikan dimaksudakan sebagai apresisi kepada PC dan PW yang telah berhasil menjalankan dua program unggulan kaderisasi Lakpesdam itu.

Netizen NU

Mereka menyelenggarakan kaderisasi secara mandiri. Kami hanya memberikan modul, selenjutnya mereka mengembangkan sendiri, kata Lilis di sela Rakernas , Kamis (16/4).

Menurut Lilis, dua program kaderisasi di Lakpesdam NU itu terintegrasi dengan program Pendidikan Kader Penggerak (PKPNU) yang dilaksanakan oleh PBNU di tingkat pusat dan berlanjut ke tingkat Wilayah dan Cabang.

Dalam program penggerak ranting dan PPWK ini sebagian instrukturnya juga merupakan instruktur PKPNU atau alumni PKPNU, katanya.

Sementara itu Ketua Pelaksana Kaderisasi PBNU KH Masyhuri Malik pada saat pembukaan Rakernas V Lakpesdam di Batam mengatakan, para kader NU yang telah mengikuti kaderisasi baik PKPNU, PKP Ranting maupun PPWK akan dipersiapkan untuk menyongsong masa satu abad NU, 10 tahun mendatang.

Para kader unggulan NU tidak bisa muncul dengan sendirinya, atau muncul secara tiba-tiba. Harus ada upaya-upaya kaderisasi yang terencana agar nanti pada peringatan satu abad para kader ini sudah siap pemimpin NU, katanya. (A. Khoirul Anam)

Foto: Sekretaris PP Lakpedam Lilis Nurul Husna

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/58891/lakpesdam-berikan-penghargaan-cabang-wilayah-yang-sukses-kaderisasi

Minggu, 19 Februari 2017

Al Maidah Ayat 51 Tidak Bisa Dijadikan Alat Berbohong

Netizen NU - Sebenarnya saya sudah malas untuk membahas hal ini. Namun nurani saya terusik saat pembela Pak Basuki berdalih tidak ada yang salah dengan kalimat Pak Basuki. Baik, dalam tulisan ini saya tidak akan berpolemik masalah agamanya (jelas saya bukan ahlinya). Tulisan ini akan lebih difokuskan untuk membedah sisi linguistik, sisi kaidah bahasa yang beliau gunakan.

Al Maidah Ayat 51 Tidak Bisa Dijadikan Alat Berbohong - Netizen NU
Al Maidah Ayat 51 Tidak Bisa Dijadikan Alat Berbohong - Netizen NU


Al Maidah Ayat 51 Tidak Bisa Dijadikan Alat Berbohong

Ini adalah potongan kalimat beliau:

“Dibohongin pakai surat Al Maidah 51 macam-macam..”

Sengaja saya fokuskan pada kalimat yang menimbulkan polemik ini. Saya sudah melihat keseluruhan video, dan memang masalahnya ada pada frasa ini.

Terjemahan versi sebagian besar orang: Pak Basuki menistakan surat Al Maidah. Al Maidah 51 dibilang bohong oleh Pak Basuki.

Terjemahan versi pembela Pak Basuki: Pak Basuki tidak menistakan Al Maidah 51. Dia menyoroti orang yang membawa surat Al Maidah 51 untuk berbohong.

Mari kita bedah dengan kepala dingin. Jika kita ubah kalimat di atas dengan struktur yang lengkap maka akan menjadi seperti ini: “Anda dibohongin orang pakai surat Al Maidah 51” – Ini adalah kalimat pasif.

Anda: Objek

Dibohongin: Predikat

Orang: Subjek

Pakai surat Al Maidah 51: Keterangan Alat

Dengan struktur kalimat seperti ini, jelas yang disasar dalam kalimat Pak Basuki adalah subjeknya. Yaitu “orang”. Dalam hal ini, orang yang menggunakan surat Al-Maidah: 51.

Karena Surat Al-Maidah 51 di sini hanya sebagai keterangan alat yang sifatnya netral, saya analogikan dengan struktur kalimat yang sama seperti ini :

“Anda dipukul orang pakai penggaris.”

Struktur kalimat di atas sama, yaitu: OPSK . Jenis kalimat pasif. Subjek ada pada orang. Sedangkan penggaris merupakan keterangan alat yang bersifat netral. Di sinilah menariknya.

Penggaris memang bersifat netral. Bisa dipakai menggaris, memukul dan yang lainnya, tergantung kepada predikat. Yang menentukan apakah si penggaris ini fungsinya menjadi positif atau negatif adalah predikatnya.

Nah, masalahnya adalah apakah Surat Al Maidah 51 bisa digunakan sebagai alat untuk berbohong?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bohong/bo·hong/ berarti tidak sesuai dengan hal (keadaan dan sebagainya) yang sebenarnya; dusta.

Dan inilah arti dari surat Al Maidah 51 tersebut: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya'(mu); sebahagian mereka adalah auliya bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”

Kesimpulan saya, dengan makna ini, surat Al Maidah 51 tidak bisa dijadikan alat berbohong. Jadi ketika Pak Basuki berkata dengan kalimat seperti itu, sudah pasti dia menyakiti umat Islam karena menempatkan Al Maidah 51 sebagai “keterangan alat” yang didahului oleh predikat bohong. Menempelkan sesuatu yang suci dengan sebuah kata negatif, itulah kesalahannya.

Sebuah logika yang sama dengan kasus seperti ini :

Seseorang Ustadz menghimbau jamaahnya: "Jangan makan babi, Allah mengharamkannya dalam Surat Al Maidah ayat 3". Pedagang babi lalu komplain, "Anda jangan mau dibohongi ustadz pakai Surat Al Maidah Ayat 3".

Atau, seorang ustadz menghimbau jamaahnya, "Al-Quran mengharamkan khamr dan judi dalam Surat Al Maidah ayat 90". Bandar judi dan produsen vodka pun protes, "Anda jangan mau dibohongi Ustadz pakai Surat Al Maidah Ayat 90. "

Jika Anda sudah membaca arti Surat Al Maidah Ayat 3 dan 90, mana yang akan Anda percaya? Ustadz yang memberitahu Anda atau pedagang babi, khamr, dan bandar Judinya ?

Pak Basuki yang terhormat, selama tinggal di Jakarta saya mengalami dua periode gubernur. Pak Fauzi Bowo dan Pak Basuki. Secara kinerja, saya angkat topi terhadap Anda yang sudah membuat banyak perubahan di kota tercinta kami ini. [Netizen NU]

Brili Agung, penulis 23 buku

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/10/al-maidah-ayat-51-tidak-bisa-dijadikan-alat-berbohong.html

Bursa Kerja SMK Walisongo Rekrut Calon Tenaga Kerja

Jepara, Netizen NU. Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK Walisongo Pecangaan Jepara bekerjasama dengan PT Semarang Autocomp Manufacturing Indonesia Jepara Factory (SAMI-JF) merekrut calon tenaga kerja yang dilaksanakan di sekolah setempat, Jumat (25/4).

Kegiatan diikuti 200 siswa dari SMA sederajat diantaranya MA Mathaliul Huda Troso, MA Walisongo Pecangaan, MA Darul Ulum Purwogondo, MA Zumrotul Wildan Ngabul, MA Miftahul Huda Dongos, SMA Walisongo Pecangaan, SMKN 1 Batealit, SMKN 1 Kalinyamatan, SMKN 3 Jepara, SMK Islam Jepara dan SMK Walisongo Pecangaan.

Bursa Kerja SMK Walisongo Rekrut Calon Tenaga Kerja (Sumber Gambar : Nu Online)
Bursa Kerja SMK Walisongo Rekrut Calon Tenaga Kerja (Sumber Gambar : Nu Online)


Bursa Kerja SMK Walisongo Rekrut Calon Tenaga Kerja

Ketua BKK, Adi Kurniawan mengatakan perekrutan tenaga kerja di perusahaan bidang perakitan komponen otomotif tersebut baru dilakukan sekali. Sebelumnya, dikatakan Adi, masih menginduk BKK SMK lain. Ini tidak lepas dari dukungan PT Sami JF sehingga perekrutan bisa dilaksanakan di sekolah kami, paparnya.

Ke depan, lembaga yang mendapatkan izin operasional tahun 2012 lalu bisa memikat hati pelajar di Jepara utamanya dalam perekrutan tenaga kerja. Disamping itu, harap Adi, banyak perusahaan yang bekerjasama dengan lembaganya.

Netizen NU

Sutarwi Samsul Maarif, Kepala SMK Walisongo mengungkapkan, tujuan perekturan tenaga kerja untuk memberikan lapangan kerja bagi siswa. Tidak hanya SMK siswa SMA maupun MA bisa juga berpartisipasi. Sehingga BKK SMK Walisongo untuk SMA sederajat secara luas, terangnya.

Netizen NU

Tujuan lain, tambah Sutarwi, untuk menambah jaringan perusahaan. Senada dengan Adi ia berharap jalinan perusahaan yang digandengnya semakin bertambah.

Salah satu peserta Intan Yuli Ratnasari (20) menyatakan dirinya ingin langsung usai lulus dari SMK. Siswi jurusan Produksi Grafika SMKN 1 Kalinyamatan akan bekerja di perusahaan tersebut jika diterima. Selvy (17) juga demikian. Siswi XII IPS2 MA Mathaliul Huda Troso tersebut ingin mandiri setelah lulus dari bangku MA.

Meski orang tua perajin tenun, saya pengen kerja di luar, Mas. Kerja apa saja ndak pa-pa yang penting halal, urai Selvy Windi Mutiara. (Syaiful Mustaqim/Abdullah Alawi)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/51637/bursa-kerja-smk-walisongo-rekrut-calon-tenaga-kerja

Netizen NU

Sabtu, 18 Februari 2017

Keutamaan Hari Arafah

Ketika Allah s.w.t memerintkah Nabi Ibrahim a.s. untuk menyeru kepada manusia untuk mengerjakan haji, maka beliau bergegas berseru : "Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah membangun rumah (Ka'bah) maka berhajilah ke sana". Semua manusia telah menjawab seruan itu bahkan calon embrio yang masih berada dalam sperma lelaki dan sel telur perempuan.

Keutamaan Hari Arafah - Netizen NU
Keutamaan Hari Arafah - Netizen NU


Keutamaan Hari Arafah

Allah s.w.t. berfirman:

{ وَأَذِّن فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَميِقٍ } [الحج:27]

Artinya : "Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan dating kepadamu dengan berjalan kaki atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka akan dating dari segenap penjuru yang jauh". [QS. Al-Hajj : 27]

Pada hari-hari semacam ini (permulaan Dzul Hijjah) jama'ah haji saling bertemu di rumah Allah dengan mengumandangkan Talbiyah untuk memenuhi seruan Nabi Ibrahim a.s. seraya mengharapkan ridho dari Allah s.w.t. dan membentangkan diri untuk mendapatkan curahan rahmat yang Allah turunkan di hari-hari seperti ini yang pada puncaknya adalah pada hari Arafah.

Hari Arafah merupakan hari pembebasan dari Neraka bagi mereka yang menjaga pendengarannya dari hal yang buruk, bagi mereka yang turut berpuasa di hari tersebut dengan mengharapkan keridhoan dari Tuhannya. Hal ini tak lain karena Allah s.w.t. telah menjamin pengampunan dosa bagi mereka yang berpuasa di hari Arafah.

Rasulullah s.a.w. bersabda:

"من صام يوم عرفة غفر له سنة أمامه وسنة خلفه, ومن صام عاشوراء غفر له سنة". رواه الطبراني في الأوسط

Artinya : "Barang siapa yang berpuasa di hari Arafah, maka dia diampuni (dari dosanya) setahun setelah dan sebelumnya. (Sedangkan) barang siapa yang berpuasa pada hari Asyura', maka ia diampuni (dari dosa) setahun". HR. Thabrani dalam Al-Ausath

Hari Arafah adalah puncak dari harapan para jama'ah haji, sebab pada hari itulah mereka bias memperoleh segala pengharapan. Begituhalnya Tuhan menatap mereka dengan pandangan keridhoan.

Rasulullah s.a.w. bersabda:

"إِنَّ اللَّهَ - تعالى - تطوَّل – أي تفضل - عَلَى أَهْلِ عَرَفَاتٍ يُبَاهِي بهم الْمَلاَئِكَةَ يَقُولُ : يَا مَلاَئِكَتِي ، انْظُرُوا إِلَى عِبَادِي شُعْثًا ، غُبْرًا أَقْبَلُوا يَضْرِبُونَ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ ، فأشهدكم أَنِّي قَدْ أَجَبْتُ دَعَاءهُمْ ، وَشَفَعْتُ رَغْبَتَهُمْ ، وَوَهَبْتُ مُسِيئَهُمْ لِمُحْسِنِهِمْ ، وَأَعْطَيْتُ مُحْسِنيهُمْ جَمِيعَ مَا سَأَلُونِي غَيْرَ التَّبِعَاتِ الَّتِي بَيْنَهُمْ ". رواه أبو يعلى

Artinya: "Sesungguhnya Allah s.w.t. memberikan banyak anugerah kepada orang-orang yang wukuf di Arafah seraya membanggakan mereka di hadapan para Malaikat dan berfirman : "Wahai para malaikatku, lihatlah kepada para hambaku yang lusuh penuh dengan debu, mereka menghadap kepadaku dari segala penjuru yang jauh. Maka aku saksikan kepada kalian bahwa aku telah mengabulkan do'a mereka, memberikan harapan mereka, memberikan orang yang berlaku buruk kepada yang berlaku baik pada mereka dan aku telah memberikan kepada orang-orang yang berbuat baik pada mereka segala apa yang mereka minta kepadaku selain hal-hal yang masih bersangkutan di antara mereka". (HR. Abu Ya'la)

Lebih dari itu, Hari Arafah adalah hari paling agung di mana Allah mengampuni dosa-dosa Kaum Mukminin di segala penjuru dunia mana kala mereka membentangkan diri untuk mendapatkan anugerah Allah yang dicurahkan pada hari tersebut dengan do'a yang sungguh-sungguh.

Rasulullah s.a.w. bersabda:

"إذا كان يوم عرفة لم يبق أحد في قلبه ذرة من إيمان إلا غفر له. فقيل : يا رسول الله المعروف خاصة؟ أي – لمن وقف في عرفة خاصة – أم للناس عامة؟ قال : بل للناس عامة". رواه أبو داود

Artinya : "Jika tiba hari Arafah, tidaklah seseorang masih mempunyai setitik iman dalam hatinya melainkan ia akan diampuni. Lantas ada yang bertanya : Ya Rasulallah, apakah terkhusus bagi yang wukuf di Arafah saja atau untuk semua manusia?, Rasulullah menjawab : Untuk semua manusia". HR. Abu Daud

Pada hari ini (Arafah) adalah hari pembebasan dari Api Neraka dan Allah s.w.t. sangat bermurah hati dan penuh dengan kasih sayang. Diriwayatkan dari Jabir r.a., beliau berkata:

"ما من يوم أفضل عند الله من يوم عرفة ينزل الله تعالى إلى سماء الدنيا فيباهي بأهل الأرض أهل السماء فيقول انظروا إلى عبادي جاؤوني شعثا غبرا ضاجين جاؤوا من كل فج عميق يرجون رحمتي ولم يروا عقابي فلم ير يوما أكثر عتقا من النار من يوم عرفة". رواه البيهقي

"Tidak ada hari yang lebih utama di hadapan Allah melebihi Hari Arafah. (Urusan) Allah s.w.t. turun ke langit dunia, Allah pun membanggakan penduduk bumi kepada penduduk langit seraya berfirman : "Lihatlah kepada hamba-hambaku yang datang kepadaku dengan tubuh lusuh penuh debu menggaduh. Mereka datang dari segala penjuru yang jauh dengan mengharapkan rahmatKu sedangkan mereka tidaklah melihat siksaanku". Maka tidaklah ada hari di mana pembebasan dari Neraka itu melebihi di Hari Arafah". (HR. Baihaqi)

Paling utamanya do'a pada Hari Arafah baik bagi jama'ah haji ataupun yang lainnya adalah :

"لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ"

Rasulullah s.a.w. bersabda :

"خير الدعاء دعاء يوم عرفة, وأفضل ما قلته أنا والنبيون من قبلي : لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ". رواه الإمام مالك

Artinya : "Sebaik-baik do'a adalah do'a pada Hari Arafah. Dan sebaik-baik perkataan yang aku ucapkan begitu juga Para Nabi sebelumku adalah : Laa Ilaaha Illallaahu Wahdahu Laa Syariika Lahu, Lahul Mulku Wa Lahul Hamdu Yuhyii Wa Yumiitu Wa Huwa 'Alaa Kulli Syai'in Qodiir (Tiada tuhan selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu baginya. Kerajaan dan pujian hanyalah miliknya. Maha menghidupkan dan mewafatkan. Dan Dia berkuasa atas segalanya)". HR. Imam Malik

Adapun do'a yang sering dipanjatkan Nabi s.a.w. pada Hari Arafah adalah :

"اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَالَّذِيْ نَقُوْلُ, وَخَيْراً مِمَّا نَقُوْلُ, اَللَّهُمَّ لَكَ صَلَاتِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ, وَإِلَيْكَ مَآبِيْ وَلَكَ رَبِّيْ تُرَاثِيْ, اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَوَسْوَسَةِ الصَّدْرِ وَشَتَّاتِ الْأَمْرِ, اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَهِبُّ بِهِ الرِّيْحُ".

Artinya : "Ya Allah segala puji hanyalah milikMu sebagaimana kami ucapkan dan bahkan lebih baik dari pada apa yang kami ucapkan. Ya Allah, hanyalah untukMu Shalat, hidup dan matiku. Hanyalah kepadaMu tempat kembaliku. Hanyalaha milikmu segala peninggalanku. Ya Allah, sungguh aku berlindung padaMu dari siksa kubur, gangguan dalam hati dan terpecahnya segala urusan. Ya Allah, sungguh aku berlindung padaMu dari keburukan yang tertiup bersama angin".

Di antara kedermawanan Allah s.w.t. dengan segala kemurahan dan anugerah yang Dia limpahkan serta pengampunan atas segala dosa kepada para hambanya serta pembebasan mereka dari Api Neraka di segala penjuru dunia pada Hari Arafah itu membuat Setan merasa sakit yang sangat serta merasakan kerugian yang sangat besar (sebab telah lama ia menjerumuskan manusia, malah diampuni dosa mereka). Rasulullah s.a.w. bersabda:

"ما رؤى الشيطان يوما هو فيه أصغر ولا ادحر ولا أحقر ولا أغيظ منه في يوم عرفة وما ذاك الا لما رأى من تنزل الرحمة وتجاوز الله عن الذنوب العظام". رواه الإمام مالك

Artinya : "Tidak ada hari di mana Setan Nampak lebih kerdil, terusir dan marah melebihi di Hari Arafah. Tidaklah hal itu terjadi melainkan karena dia melihat limpahan rahmat dan pengampunan Allah dari dosa-dosa besar". (HR. Imam Malik). [Netizen NU]

Imam Abdullah El-Rashied, mahasiswa Fakultas Syariah, Imam Shafie College, Mukalla, Hadramaut, Yaman.

Catatan:

Artikel ini disarikan dari Khutbah yang disampaikan oleh Dr. Salim Abu Bakar Al-Haddar, Wakil Dekan Fakultas Syariah di Imam Shafie College pada hari Jum'at 7 Dzul Qo'dah 1437 H / 8 September 2016 di Masjid Imam Syafi'I, Mukalla, Hadramaut, Yaman.

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/09/keutamaan-hari-arafah.html

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Netizen NU sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Netizen NU. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Netizen NU dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock